Takada larangan wanita untuk shalat di masjid / mushola, tapi memang ahsannya dan lebih utama shalat di rumah. Itu Lebih menjaga. Dan jika ke masjid, maka jangan memakai parfum, jangan berdandan dan yang penting jangan banyak tingkah.
Ilustrasi sholat berjamaah. Lebih baik posisi imam dan makmum sama-sama tinggi atau rendahnya JAKARTAโ€” Pernahkah Anda mendapati sholat berjamaah dengan posisi tempat sholat Imam lebih tinggi dibanding makmum atau pun sebaliknya posisi tempat sholat makmum lebih tinggi dari imam? Apa hukumnya? Apakah benar tempat Imam yang lebih tinggi dari makmum bisa menghilangkan pahala sholat berjamaah? Pimpinan Majelis Ahbaabul Musthofa, Habib Hasan bin Ismail Al Muhdor, mengatakan dalam kitab Busyra al-Karim Muqaddimah Hadromiyah dijelaskan bahwa hukumnya makruh tempat sholat makmum lebih tinggi dari imam atau tempat sholat imam lebih tinggi dari makmum tanpa adanya uzur. Uzur disini berarti adanya sesuatu yang sangat mendesak yang membuat misalnya Imam harus berada di tempat yang lebih tinggi dari makmum. Maka menurut Habib Hasan sesuai kaidah fiqih bahwa semua yang makruh yang berhubungan dengan jamaah maka itu bisa menghilangkan fadhilah jamaah. Dia mencontohkan bahwa di antara keutamaan sholat berjamaah adalah lurus dan rapatnya shaf sholat berjamaah, maka ketika shaf sholat tidak lurus dan tidak rapat hukumnya makruh. Hal itu dapat menghilangkan fadilah atau keutamaan berjamaah. "Demikian juga ini, tempat imam lebih tinggi dari makmum, makmum lebih tinggi dari imam, tanpa uzur. Maka itu makruh bisa menghilangkan fadilah jamaah. Ini di Mazhab Imam Syafii," kata Habib Hasan bin Ismail Al Muhdor dalam program tanya jawab yang disiarkan langsung kanal YouTube Al Wafa Tarim yang merupakan Official Channel TV Al Wafa Tarim yang diasuh Habib Hasan bin Ismail Al Muhdor beberapa hari lalu. Pahala sholat jamaah Sholat merupakan rukun Islam kedua yang memiliki kedudukan tinggi dalam agama ini. Terlebih dalam sholat berjamaah yang dilakukan oleh seorang mukmin, ada beragam tujuan yang akan menghasilkan kebaikan pada dirinya. Bagi orang yang sholat berjamaah maka akan disiapkan surga baginya ู…ูŽู†ู’ ุบูŽุฏูŽุง ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู…ูŽุณู’ุฌูุฏูุŒ ุฃูŽูˆู’ ุฑูŽุงุญูŽุŒ ุฃูŽุนูŽุฏู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู„ูŽู‡ู ูููŠ ุงู„ู’ุฌูŽู†ู‘ูŽุฉู ู†ูุฒูู„ู‹ุงุŒ ูƒูู„ู‘ูŽู…ูŽุง ุบูŽุฏูŽุงุŒ ุฃูŽูˆู’ ุฑูŽุงุญูŽ "Barang siapa pergi ke masjid pada awal dan akhir siang, maka Allah akan menyiapkan baginya tempat dan hidangan di surga setiap kali dia pergi." HR Bukhari dan Muslim. HUKUMsholat tarawih untuk wanita sangat menarik untuk diketahui. Apakah lebih baik di rumah atau boleh ikut berjamaah di masjid? Simak jawaban lengkapnya berikut ini. Dikutip dari Muslim.or.id, Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal M.Sc menjelaskan berdasarkan Fatwa Komisi Tetap dalam Riset Ilmiyyah dan Fatwa di Arab Saudi bahwa sholat tarawih untuk wanita lebih baik dilakukan di rumah daripada di

HUKUM SHALAT DI RUMAH BAGI ORANG YANG RUMAHNYA JAUH DARI MASJIDOleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin BazPertanyaan Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya Saya tinggal di sebuah rumah yang letaknya jauh dari masjid. Dan saya merasa berat jika harus naik mobil untuk pergi ke masjid. Jika saya jalan kaki, kadang-kadang saya ketinggalan jamaโ€™ah. Dan perlu diketahui bahwa saya mendengar adzan dari rumah lewat pengeras suara. Dalam keadaan seperti ini, bolehkah saya shalat di rumah atau di rumah tetangga dengan berjamaโ€™ah bersama tiga atau empat orang ? Berikan fatwa kepada kami, semoga Allah Subhanahu wa Taโ€™ala membalas anda dengan Anda wajib shalat bersama saudara-saudara anda kaum muslimin di masjid dengan berjamaโ€™ah, apabila anda mendengar adzan dari rumah anda tanpa pengeras suara dan tidak ada sesuatu yang menghalangi suara adzan tersebut. Jika rumah anda jauh dari masjid sehingga anda tidak mendengar suara adzan yang tidak memakai pengeras suara, maka anda boleh shalat di rumah atau di rumah tetangga. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam kepada seorang laki-laki buta ketika minta izin kepada beliau untuk shalat di rumah. Kata beliau ู‡ูŽู„ู’ ุชูŽุณู’ู…ูŽุนู ุงู„ู†ูู‘ุฏูŽุงุกูŽ ุจูุงู„ุตูŽู‘ู„ูŽุงุฉู ุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู†ูŽุนูŽู…ู’ . ู‚ูŽุงู„ูŽ ููŽุฃูŽุฌูุจู’Apakah kamu mendengar suara adzan?. Orang itu menjawab Ya. Lalu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda Kalau begitu engkau wajib datang ke ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab shahihnya dan lafalnya terdapat dalam soal di atas -pent.Juga berdasarkan sebuah hadits riwayat Ibnu Majah, Ad-Daruquthni, Ibnu Hibban dan Al-Hakim dengan sanad shahih yang menyatakan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ุณูŽู…ูุนูŽ ุงู„ู†ู‘ูุฏูŽุงุกูŽ ููŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฃู’ุชูู‡ู ููŽู„ูŽุง ุตูŽู„ูŽุงุฉูŽ ู„ูŽู‡ู ุฅูู„ู‘ูŽุง ู…ูู†ู’ ุนูุฐู’ุฑูโ€œBarangsiapa yang mendengar panggilan adzan, kemudian dia tidak datang ke masjid, maka tidak ada shalat baginya kecuali jika ada udzurโ€.Walaupun rumah anda jauh dari masjid, tapi anda tetap shalat berjamaโ€™ah di masjid, dengan berjalan kaki, meskipun meletihkan, atau anda naik mobil, maka hal itu lebih baik dan lebih utama bagi anda. Allah Subhanahu wa Taโ€™ala akan menulis langkah-langkah anda ketika anda pergi ke masjid dan ketika anda pulang, dengan syarat anda ikhlas dan berniat hanya karena Allah Subhanahu wa Taโ€™ala. Hal ini berdasarkan sebuah hadits, bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada seorang laki-laki yang rumahnya jauh dari masjid Nabawi tapi dia tidak pernah ketinggalan shalat berjamaโ€™ah bersama Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada orang itu. ู„ูŽูˆู ุงุดู’ุชูŽุฑูŽูŠู’ุชูŽ ุญูู…ูŽุงุฑู‹ุง ุชูŽุฑู’ูƒูŽุจูู‡ู ููู‰ ุงู„ุธูŽู‘ู„ู’ู…ูŽุงุกู ูˆูŽููู‰ ุงู„ุฑูŽู‘ู…ู’ุถูŽุงุกู . ู‚ูŽุงู„ูŽ ู…ูŽุง ูŠูŽุณูุฑูู‘ู†ูู‰ ุฃูŽู†ูŽู‘ ู…ูŽู†ู’ุฒูู„ูู‰ ุฅูู„ูŽู‰ ุฌูŽู†ู’ุจู ุงู„ู’ู…ูŽุณู’ุฌูุฏู ุฅูู†ูู‘ู‰ ุฃูุฑููŠุฏู ุฃูŽู†ู’ ูŠููƒู’ุชูŽุจูŽ ู„ูู‰ ู…ูŽู…ู’ุดูŽุงู‰ูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู…ูŽุณู’ุฌูุฏู ูˆูŽุฑูุฌููˆุนูู‰ ุฅูุฐูŽุง ุฑูŽุฌูŽุนู’ุชู ุฅูู„ูŽู‰ ุฃูŽู‡ู’ู„ูู‰. ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู -ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…- ู‚ูŽุฏู’ ุฌูŽู…ูŽุนูŽ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ู„ูŽูƒูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ูƒูู„ูŽู‘ู‡ู โ€œKenapa engkau tidak membeli seekor himar yang bisa engkau kendarai ketika engkau pergi ke masjid, terutama ketika cuaca sangat panas atau diwaktu malam yang gelap?. Orang itu menjawanb Aku tidak ingin rumahku dekat dengan masjid, karena aku ingin langkah-langkah kakiku dicatat, yaitu ketika aku pergi ke masjid dan ketika aku pulang ke rumah. Lalu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepadanya Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Taโ€™ala telah mengumpulkan memenuhi semua keinginanmu ituโ€ [HR Muslim][Disalin dari kitab Al-Fatawa Juz Tsani, Penulis Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Edisi Indonesia Fatawa bin Baaz, Penerjemah Abu Abdillah Abdul Aziz, Penerbit At-Tibyan Solo]

TRIBUNLOMBOKCOM - Jadwal waktu sholat Lombok, Kota Mataram dan beberapa wilayah NTB untuk hari Kamis, 4 Agustus 2022 untuk menyempurnakan ibadah sholat wajib. Jadwal waktu sholat ini juga

Ada sebuah kisah yang cukup terkenal di kalangan umat Muslim tentang hukum rumah lebih tinggi dari masjid. Kisah ini menceritakan tentang seorang pria yang ingin membangun sebuah rumah yang lebih tinggi dari masjid yang ada di dekatnya. Namun, ketika dia berkonsultasi dengan seorang ulama, ulama tersebut memberitahunya bahwa hukum Islam melarang orang membangun rumah yang lebih tinggi dari masjid. Apa sebenarnya hukum rumah lebih tinggi dari masjid? Sejarah Hukum Rumah Lebih Tinggi dari Masjid Hukum rumah lebih tinggi dari masjid berasal dari hadits Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa โ€œTidak boleh membangun rumah yang lebih tinggi daripada masjid.โ€ Hadits ini dianggap sebagai dalil kuat yang mengatur tentang pembangunan bangunan di lingkungan masjid. Oleh karena itu, hukum ini dipegang teguh oleh umat Muslim di seluruh dunia. Alasan Hukum Rumah Lebih Tinggi dari Masjid Ada beberapa alasan mengapa hukum rumah lebih tinggi dari masjid diterapkan dalam Islam. Pertama, masjid adalah tempat suci yang digunakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Oleh karena itu, masjid harus dihormati dan dijaga keutuhannya. Kedua, bangunan masjid biasanya memiliki ketinggian yang cukup tinggi, sehingga jika ada bangunan yang lebih tinggi dari masjid, maka hal ini dapat mengganggu pandangan dan kemudahan akses ke masjid. Ketiga, hukum ini juga bertujuan untuk mendorong orang untuk lebih menghormati tempat suci dan menjaga kebersihan lingkungan masjid. Penjelasan Lebih Lanjut tentang Hukum Rumah Lebih Tinggi dari Masjid Hukum rumah lebih tinggi dari masjid bukan hanya berlaku untuk rumah, tetapi juga untuk bangunan lain seperti gedung perkantoran, hotel, atau pusat perbelanjaan. Oleh karena itu, sebelum membangun, setiap orang harus mempertimbangkan ketinggian bangunan yang akan dibangun agar tidak lebih tinggi dari masjid yang ada di sekitarnya. Bagi yang melanggar hukum ini, ada beberapa konsekuensi yang harus dihadapi. Pertama, bangunan yang lebih tinggi dari masjid harus dihancurkan atau dikurangi ketinggiannya. Kedua, jika orang tersebut terus membangun bangunan yang lebih tinggi dari masjid, maka dia bisa dihukum oleh pihak berwenang atau menerima sanksi dari masyarakat setempat. Kesimpulan Hukum rumah lebih tinggi dari masjid adalah salah satu hukum Islam yang sangat penting. Hukum ini bertujuan untuk menjaga kehormatan dan kebersihan lingkungan masjid, serta mendorong orang untuk lebih menghargai tempat suci. Oleh karena itu, setiap orang harus mematuhi hukum ini dan membangun bangunan sesuai dengan ketinggian yang diperbolehkan. Semoga artikel ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang hukum rumah lebih tinggi dari masjid. 2023-04-24

UstazJeje menjelaskan, terdapat hadis yang dapat menajdi sandaran pelaksanaan shalat Id dilakukan di rumah sebagaimana hadis riwayat Imam Bukhari. "Jika tidak dapat terlaksana shalat Id di lapangan ataupun di masjid dengan jumlah banyak, dengan merujuk kepada hadis Anas bin Malik yang diriwayatkan Imam Bukhari bahwa Anas bin Malik memerintah
Lantai Masjid, Pengertian, Perbedaan Antara Imam Dan Makmum โ€“ Pada Lembaran ini akan menjelaskan tentang Lantai Masjid atau Mushalla. Banyak masji atau musholla yang kita tahu di beberapa tempat untuk berjamaโ€™ah shalat lima waktu. Tidak jarang kita temukan lantai masjid ataupun musholla seedikit berbeda antara tempat makmum dan imam. Ada banya yang kita dapati lantai pengimaman itu lebih tinggi dari lantai jamaโ€™ah. Lantas bagaiman itu hukumnya?, Wallahu aโ€™lam. Mari kit abaca uaraian kami di bawah ini. Mukodimah ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑู‘ูŽุญู’ู…ูŽู†ู ุงู„ุฑู‘ูŽุญููŠู’ู…ู ุงู„ุณู‘ูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุจูŽุฑูŽูƒูŽุงุชูู‡ู’ ุงู„ู€ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ู„ู‡ู ุฑูŽุจู‘ู ุงู„ุนูŽุงู„ูŽู€ู…ููŠู’ู†ูŽ ุŒ ูˆูŽุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽุงู„ุณู‘ูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽุดู’ุฑูŽูู ุงู„ุฃูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ู€ู…ูุฑู’ุณูŽู„ููŠู’ู†ูŽ ุŒู†ูŽุจููŠู‘ูู†ูŽุง ูˆูŽุญูŽุจููŠู’ุจูู†ูŽุง ู…ูู€ุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ุฃูŽุฑู’ุณูŽู„ูŽู‡ู ุงู„ู„ู‡ู ุฑูŽุญู’ู€ู…ูŽุฉู‹ ู„ูู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ ุŒ ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุงูฐู„ูู‡ู ูˆูŽ ุฃูŽุฒู’ูˆูŽุงุฌูู‡ู ุงู„ุทู‘ูŽุงู‡ูุฑูŽุงุชู ุฃูู…ู‘ูŽู‡ูŽุงุชู ุงู„ู€ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู’ู†ูŽ ุŒ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุชูŽุจูุนูŽู‡ูู…ู’ ุจูุฅูุญู’ุณูŽุงู†ู ุฅูู„ูŽู‰ ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ุฏู‘ููŠู’ู†ูุŒ ุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุจูŽุนู’ุฏู Kaum muslimin wal-mukminin rahimakumullah. Puji syukur al-hamdulillah, Shalawat salam semoga tetap tercurah kapada baginda nabi Muhammad ๏ทบ. Perkenankan kami pada lembaran ini untuk menyapaikan tentang lantai masjid atau musholla antara imam dan makmum. Jika Pembbaca tidak berkenan atau tidak sependapat mohon uraian kami ini diabaikan saja. Dan jika cocok dan spendapat maka boleh dilakukan. Lantai Masjid Yang dimaksudkan dengan lantai mesji adalah Alas dasar tempat berdiri dan duduk ketika kita shalat. Jika masjid atau mushaolla itu dibangun dengan model panggung maka bermacam lantai yang digunakan. Diantranya ada yang dari papa nada yang dari kulit kayu ada juga yang dari bambo. Pengertian Lantai Masjid Adapun pengertiannya adalah Lantai dasar yang umumnya jika pada bangunan permanen maka lantainya juga permanen. Lantai tersebut akan disesuai dengan kemampuan jamaโ€™ahnya. Ada bemacam lantai, misalnya ada yang hanya smen biasa, keramik, geranit dan marmer. Semua itu tidak ada permasalahan selama bahan bangunnannya dianggap suci dari najis. Ada hal yang memang perlu juga dipertimbangkan mengenai perbedaanya. Perbedaan di sini yang sering kita dapati adalah antara lantai pengimaman dan lantai jamaโ€™ah. Wallahu alam. Lantaia Antara Imam Dan Makmum Maksud kami Antara Imam dan Makmu ini adalah Antara Lantai Imam dan Makmum. Jadi seperti yang banyak kita temui di berbagai tempat baik masjid ataupun Musholla, lantai Imam dan Makmum itu berbeda. Jadi lantai Imam sedikit lebih tinggi dibanding lantai yang untuk jamaโ€™ah. Kemudian bagaimana Pertimbangannya?, Kami tidak bisa menjawabnya melainkan berikut ini yang bisa kami hadirkan. Dalil Hukum Perbedaan Lantai Imam dan Makmum Keterangan yang pernah kami baca dalam Kitab Asnal-mathalib Syarah Raudhuth-Thalib. Muallifnya ุฒูƒุฑูŠุง ุจู† ู…ุญู…ุฏ ุจู† ุฒูƒุฑูŠุง ุงู„ุฃู†ุตุงุฑูŠ adalah sebagai berikut ูˆูŽูŠููƒู’ุฑูŽู‡ู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุฑู’ุชูŽููุนูŽ ุฃูŽุญูŽุฏู ู…ูŽูˆู’ู‚ูููŽูŠู’ ุงู„ู’ุฅูู…ูŽุงู…ู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽุฃู’ู…ููˆู…ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุขุฎูŽุฑู ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽ ุญูุฐูŽูŠู’ููŽุฉูŽ ุฃูŽู…ู‘ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฏููƒู‘ูŽุงู†ู ููŠ ุงู„ู’ู…ูŽุฏูŽุงุฆูู†ู ููŽุฃูŽุฎูŽุฐูŽ ุงุจู’ู†ู ู…ูŽุณู’ุนููˆุฏู ุจูู‚ูŽู…ููŠุตูู‡ู ููŽุฌูŽุฐูŽุจูŽู‡ู ููŽู„ูŽู…ู‘ูŽุง ููŽุฑูŽุบูŽ ู…ู† ุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ู ู‚ุงู„ ุฃูŽู„ูŽู…ู’ ุชูŽุนู’ู„ูŽู…ู’ ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ูู…ู’ ูƒูŽุงู†ููˆุง ูŠูŽู†ู’ู‡ูŽูˆู’ู†ูŽ ุนูŽู†ู’ ุฐูŽู„ููƒูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุจูŽู„ูŽู‰ ู‚ูŽุฏู’ ุฐูŽูƒูŽุฑู’ุชู ุญููŠู’ู†ูŽ ุฌูŽุฐูŽุจู’ุชู†ููŠ ุฑูŽูˆูŽุงู‡ู ุฃุจูˆ ุฏูŽุงูˆูุฏูŽ ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽุงูƒูู…ู Artinya โ€œDimakruh salah satu tempat atau posisi imam dan makmum lebih tinggi atas yang lain karena ada riwayat yang menyatakan bahwa sahabat Hudzaifah pernah mengimami orang-orang di kota Madain di atas dukkan, lantas Ibnu Masโ€™ud RA memegang gamis dan menariknya. Ketika Hudzaifah selesai dari shalatnya, Ibnu Masโ€™ud berkata, โ€œApakah kamu tidak tahu bahwa mereka melarang hal itu.โ€ Hudzaifah pun menjawab, Tentu aku tahu, sungguh aku ingat ketika kamu menarik gamisku.โ€ Ini telah diriwayatkan Abu Dawud dan Hakim. ูˆู‚ุงู„ ุตูŽุญููŠุญูŒ ุนูŽู„ูŽู‰ ุดูŽุฑู’ุทู ุงู„ุดู‘ูŽูŠู’ุฎูŽูŠู’ู†ูุŒ ูˆูŽู‚ููŠุณูŽ ุจูุฐูŽู„ููƒูŽ ุนูŽูƒู’ุณูู‡ู Hakim berkata bahwa riwayat ini adalah sahih sesuai persyaratan kesahihan yang ditetapkan Bukhari dan Muslim. Juga sebaliknya makmum lebih tinggi dari imam dikiaskan dengan hal tersebut. Lihat Zakariya al-Anshari, Asnal Mathalib Syarhu Raudlatit Thalib, Beirut, Darul Kutub al-Ilmiyah, cet ke-1, 1422 H/2000 M, juz, I, halaman 234. Penjelasan Dari Uraian tersebut ada poin-poin penting yang harus kita garis bawahi. Poko permasalahannya adalah Apakah perihal itu terjadi karena kebituhan?. Ataukah itu terjadi karena hanya naluri saja?. Jika itu terjadi karena kebituhan maka perihal itu boleh bahkan barangkali bisa menjadi โ€œsunnahโ€ Wallahu alam. Kalau bukan karena keterpaksaan, maka makruh hukumnya lantai pengimaman lebih tinggi dari lantai jamaโ€™ah. Dan dalam keadaan tertentu semua itu bisa boleh, karena memang kondisinya. Kemudian seberapa batasan ketinggian tempat imam atau makmum yang memiliki nilai hukum makruh? Pertama, yang kami baca sebagaimana pada lanjutan tulisan dalam kitab tersebut sebagai berikut ููŽุฅูู†ู’ ุงุญู’ุชูŽุงุฌูŽู‡ู ุฃูŽูŠู’ ุงู„ูุงุฑู’ุชูููŽุงุนูŽ ุงู„ู’ุฅูู…ูŽุงู…ู ู„ูุชูŽุนู’ู„ููŠู…ู ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉู ุŒ ุฃูŽูˆู’ ู„ูุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู ุฃูŽูˆู’ ุงู„ู’ู…ูŽุฃู’ู…ููˆู…ู ู„ูุชูŽุจู’ู„ููŠุบู ุชูŽูƒู’ุจููŠุฑูŽุฉู ุงู„ู’ุฅูู…ูŽุงู…ู ุŒ ุฃูŽูˆู’ ู„ูุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู ุงูุณู’ุชูุญูุจู‘ูŽ ู„ูุชูŽุญู’ุตููŠู„ู ู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ู’ู…ูŽู‚ู’ุตููˆุฏู Artinya Jika Tingginya Tempat untk Imam itu memang dibutuhkan dengan alasan supaya dapat memberi tahu shalat atau ada maksud lain, atau makmum butuh agar sampai takbirnya iamam, atau ada kebutuhan lain, maka hal itu disukai disunahkan karena supaya berhasilnya maksud tersebut. Kedua al-Bakri Muhammad Syatha ad-Dimyathi memberikan penjelasan yang singkat kami sudah cukup memadai. Menurutnya, tinggi dalam hal ini tinggi yang kasat mata kendati hanya sedikit. Tetapi jika Masyarakat Umum menganggapnya itu tinggi, maka tetap dihukumi makruh. ูˆูŽู‚ูŽูˆู’ู„ูู‡ู ุงูุฑู’ุชูููŽุงุนู ุฃูŽุญูŽุฏูู‡ูู…ูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุขุฎูŽุฑู ุฃูŽูŠู’ ุงูุฑู’ุชูููŽุงุนู‹ุง ูŠูŽุธู’ู‡ูŽุฑู ุญูุณู‘ู‹ุงุŒ ูˆูŽุฅูู†ู’ ู‚ูŽู„ู‘ูŽุŒ ุญูŽูŠู’ุซู ุนูŽุฏู‘ูŽู‡ู ุงู„ู’ุนูุฑู’ูู ุงูุฑู’ุชูููŽุงุนู‹ุง โ€œPerkataannya tingginya tempat salah satu dari keduanya di atas yang lainโ€™, maksudnya adalah ketinggian yang kasat mata dimana urf menganggapnya tinggi meskipun sedikit,โ€ Lihat al-Bakri Muhammad Syatha ad-Dimyathi, Iโ€™anah ath-Thalibin, Beirut Darul Fikr, juz, II, halaman 30. Kesimpulan Kesimpulan ini abaikan saja jika para pembaca tidak sependapat. Jadi menurut kami kesimpulannya adalah Semestinya Lantai Masjid ataupun Mushalla itu rata setara, yakni sama rata dengan Lantai Imam. Hukumnya Makruh jika Lantai Imam dan Makmum tidak sama rata kecuali ada maksud yang harus dicapai. Shalat Jamaโ€™ah tetap sah sekalipun Lantai Imam dan Makmum tidak sama rata asal masih bersambung. Shalat Jamaโ€™ah tetap sah walaupun Lantai Imam dan Makmum tidak sama yakni ada yang di lantai bawah, di lantai atas di jalan ditrowongan bahkan sekalipun terputus tampatnya karena dalam keadaan terpaksa, contoh berjamaโ€™ah di Masjidil-Harom di Musim panas, pasti ada yang tidak tersambung, adalam kondisi seperti ini, Allah maha tahi In syaa allah jamaโ€™ahnya sah. Lantai Masjid,Perbedaan Antara Imam Dan Makmum Demikian Penjelasan singkat kami tentang Lantai Masjid, Pengertian, Perbedaan Antara Imam Dan Makmum โ€“ Semoga bermanfaat. Abaikan saja uraian kami ini, jika pembaca tidak kasih atas kunjungannya. Wallahu Aโ€™lamu bish-showab wa billahit-taufiq wal-Hidayah. Sumber sebagian dikuti[ dari Dutadakwah
Danmakruh jika posisi salah satu dari imam dan makmum lebih tinggi dari yang lain dengan tanpa ada keperluan, meski itu di dalam masjid. Kemakruhan ini berlaku jika tidak ada kebutuhan. Jika ada kebutuhan, misalnya agar suara imam didengar oleh makmum atau imam hendak mengajari makmum tata cara shalat yang benar, maka posisi tempat shalat imam
loading...Terkadang di beberapa masjid maupun musholla kita menemukan posisi imam lebih tinggi dari posisi makmum. Foto/dok Arizah Channel Tempat imam mihrab lebih tinggi dari makmum sering dipertanyakan apakah hukumnya boleh atau tidak. Terkadang di beberapa masjid maupun musholla kita menemukan posisi imam lebih tinggi dari posisi masjid ada yang menumpuk sajadah sehingga lebih tinggi, ada pula yang sengaja meninggikan lantainya. Bagaimana pandangan syariat terhadap hal ini? Menurut Ustaz Farid Nu'man Hasan, jika posisi imam lebih tinggi di atas posisi makmum, maka hukumnya makruh. Lebih tinggi dalam arti benar-benar tinggi. Baca Juga Apbila sekadar dilapisi tiga sajadah tidak terlalu berpengaruh, apalagi jika postur imamnya pendek, sementara makmumnya bertubuh tinggi. Yang seperti ini tidak ini berdasarkan hadits berikutู†ู‡ู‰ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฃู† ูŠู‚ูˆู… ุงู„ุงู…ุงู… ููˆู‚ ุดุฆ ูˆุงู„ู†ุงุณ ุฎู„ูู‡ ูŠุนู†ูŠ ุฃุณูู„ ู…ู†ู‡ุŒ ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุฏุงุฑู‚ุทู†ูŠ ูˆุณูƒุช ุนู†ู‡ ุงู„ุญุงูุธ ููŠ ุงู„ุชู„ุฎูŠุตRasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam melarang seorang imam berdiri di atas sesuatu sedangkan makmum ada di belakangnya, yakni di bawahnya. HR Ad Daruquthni, Al Hafizh mendiamkannya dalam At TalkhishKata "fauqa" di atas menunjukkan ketinggian yang begitu lainูˆุนู† ู‡ู…ุงู… ุงุจู† ุงู„ุญุงุฑุซ ุฃู† ุญุฐูŠูุฉ ุฃู… ุงู„ู†ุงุณ ุจุงู„ู…ุฏุงุฆู† ุนู„ู‰ ุฏูƒุงู† ูุฃุฎุฐ ุฃุจูˆ ู…ุณุนูˆุฏ ุจู‚ู…ูŠุตู‡ ูุฌุจุฐู‡ ูู„ู…ุง ูุฑุบ ู…ู† ุตู„ุงุชู‡ ู‚ุงู„ ุฃู„ู… ุชุนู„ู… ุฃู†ู‡ู… ูƒุงู†ูˆุง ูŠู†ู‡ูˆู† ุนู† ุฐู„ูƒุŸ ู‚ุงู„ ุจู„ู‰ุŒ ูุฐูƒุฑุช ุญูŠู† ุฌุฐุจุชู†ูŠDari Hamam bin Al Harits, bahwa Hudzaifah mengimami manusia di daerah Madaain di atas ketinggian, maka Abu Mas'ud menarik gamisnya, dan setelah sholat usai dia berkata "Apakah kamu tidak tahu bahwa mereka dilarang seperti ini?" Hudzaifah menjawab "Ya, aku baru ingat saat setelah kamu menarik gamisku." HR. Abu Daud, Asy-Syafi'iy, Al Baihaqiy. Dishahihkan oleh Al Hakim, Ibnu Hibban, dan Ibnu KhuzaimahSyekh Sayyid Sabiq rahimahullah mengatakan "Dimakruhkan bagi imam berdiri lebih tinggi dari makmum." Tapi jika lebih tinggi untuk keperluan mengajarkan makmum maka hal itu tidak apa-apa. Syekh Sayyid Sabiq melanjutkanูุฅู† ูƒุงู† ู„ู„ุงู…ุงู… ุบุฑุถ ู…ู† ุงุฑุชูุงุนู‡ ุนู„ู‰ ุงู„ู…ุฃู…ูˆู… ูุฅู†ู‡ ู„ุง ูƒุฑุงู‡ุฉ ุญูŠู†ุฆุฐุŒ ูุนู† ุณู‡ู„ ุจู† ุณุนุฏ ุงู„ุณุงุนุฏูŠ ู‚ุงู„ ุฑุฃูŠุช ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฌู„ุณ ุนู„ู‰ ุงู„ู…ู†ุจุฑ ุฃูˆู„ ูŠูˆู… ูˆุถุน ููƒุจุฑ ูˆู‡ูˆ ุนู„ูŠู‡ ุซู… ุฑูƒุน ุซู… ู†ุฒู„ ุงู„ู‚ู‡ู‚ู‡ุฑูŠ ูˆุณุฌุฏ ููŠ ุฃุตู„ ุงู„ู…ู†ุจุฑ ุซู… ุนุงุฏ ูู„ู…ุง ูุฑุบ ุฃู‚ุจู„ ุนู† ุงู„ู†ุงุณ ูู‚ุงู„ ุฃูŠู‡ุง ุงู„ู†ุงุณ ุฅู†ู…ุง ุตู†ุนุช ู‡ุฐุง ู„ุชุฃุชู…ูˆุง ุจูŠ ูˆู„ุชุชุนู„ู…ูˆุง ุตู„ุงุชูŠ ุฑูˆุงู‡ ุฃุญู…ุฏ ูˆุงู„ุจุฎุงุฑูŠ ูˆู…ุณู„ู…Jika ketinggian imam itu ada maksud tertentu kepada makmum maka saat itu tidak makruhkan. Dari Sahl bin Sa'ad As Sa'idiy dia berkata "Aku melihat Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam duduk di atas mimbar di hari pertama mimbar itu diletakkan. Di atasnya Dia bertakbir lalu ruku', lalu beliau turun dan mundur, kemudian sujud di terasnya mimbar lalu beliau kembali ke mimbar, lalu menghadap ke manusia dan bersabda "Wahai manusia, aku lakukan seperti tadi tidak lain hanyalah agar kalian ikuti dan untuk mengajarkan sholatku" . HR Al-Bukhari, Muslim, Ahmad Baca Juga Wallahu A'lamrhs
Kiaimuda lulusan Universitas Al-Azhar Kairo Mesir ini menjelaskan, sebagaimana tertuang dalam kitab Hasyiyah Ibrahim al-Bajuri ala Fathil Qarib bahwa tidak ada kewajiban melakukan shalat Idul Adha secara berjamaah di masjid.Apalagi di musim wabah pandemi seperti sekarang kewajiban untuk melaksanakannya di rumah lebih ditekankan sebagai ikhtiar memutus rantai penularan. Posisi Mihrab Imam di Masjid Apa hukum posisi imam yang lebih tinggi dibandingkan posisi makmum? Karena ada beberapa masjid yang posisi imam dibuat lebih tinggi. Terima kasih Jawab Bismillah was shalatu was salamu ala rasulillah, amma baโ€™du, Pertama, Pada dasarnya, Islam melarang posisi imam ketika shalat jamaah, lebih tinggi dibandingkan posisi makmum. Ada beberapa dalil yang menunjukkan hal ini, di antaranya, Dari Adi bin Tsabit al-Anshari bahwa ada seseorang yang bersama sahabat Ammar bin Yasir radhiyallahu anhu di kota al-Madain. Ketika datang waktu shalat dan dikumandangkan iqamah, Ammar maju menjadi imam dan berdiri di atas dukkan, sementara makmum shalat di bawah. Melihat ini, Hudzaifah-pun maju dan menarik tangannya Ammar, beliau pun mengikuti Hudzaifah, hingga Hudzaifah menurunkan amar di tanah. Seusai shalat, Hudzaifah berkata kepada Ammar, ุฃูŽู„ูŽู…ู’ ุชูŽุณู’ู…ูŽุนู’ ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูŠูŽู‚ููˆู„ู ุฅูุฐูŽุง ุฃูŽู…ู‘ูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุฌูู„ู ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู…ูŽ ููŽู„ูŽุง ูŠูŽู‚ูู…ู’ ูููŠ ู…ูŽูƒูŽุงู†ู ุฃูŽุฑู’ููŽุนูŽ ู…ูู†ู’ ู…ูŽู‚ูŽุงู…ูู‡ูู…ู’ยป ุฃูŽูˆู’ ู†ูŽุญู’ูˆูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽุŸุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุนูŽู…ู‘ูŽุงุฑูŒ ู„ูุฐูŽู„ููƒูŽ ุงุชู‘ูŽุจูŽุนู’ุชููƒูŽ ุญููŠู†ูŽ ุฃูŽุฎูŽุฐู’ุชูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ูŠูŽุฏูŽูŠู‘ูŽ Tidakkah anda mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, โ€Apabila seseorang mengimami masyarakat, janganlah dia berdiri di tempat yang lebih tinggi dari posisi makmum.โ€ atau yang semacam itu? Ammar menjawab โ€™Dan karena itu, saya mau mengikutimu ketika engkau menarik tanganku.โ€™ HR. Abu Daud 598 dan dinilai hasan li ghairihi oleh al-Albani Keterangan Dukkan tempat yang digunakan untuk duduk sebagaimana kursi, biasanya dalam bentuk bangunan kotak kecil di dasar tembok, layaknya teras sebuah rumah. Kedua, dinyatakan dalam hadis riwayat Bukhari & Muslim, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah shalat di atas mimbar. Sahabat Sahl bin Saโ€™d as-Saโ€™idi radhiyallahu anhu menceritakan, ูˆูŽู„ูŽู‚ูŽุฏู’ ุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชู ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู‚ูŽุงู…ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ููŽูƒูŽุจู‘ูŽุฑูŽ ูˆูŽูƒูŽุจู‘ูŽุฑูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ูˆูŽุฑูŽุงุกูŽู‡ูุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู…ูู†ู’ุจูŽุฑูุŒ ุซูู…ู‘ูŽ ุฑูŽููŽุนูŽ ููŽู†ูŽุฒูŽู„ูŽ ุงู„ู’ู‚ูŽู‡ู’ู‚ูŽุฑูŽู‰ ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ุณูŽุฌูŽุฏูŽ ูููŠ ุฃูŽุตู’ู„ู ุงู„ู’ู…ูู†ู’ุจูŽุฑูุŒ ุซูู…ู‘ูŽ ุนูŽุงุฏูŽุŒ ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ููŽุฑูŽุบูŽ ู…ูู†ู’ ุขุฎูุฑู ุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ูุŒ ุซูู…ู‘ูŽ ุฃูŽู‚ู’ุจูŽู„ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ูŠูŽุง ุฃูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ุฅูู†ู‘ููŠ ุตูŽู†ูŽุนู’ุชู ู‡ูŽุฐูŽุง ู„ูุชูŽุฃู’ุชูŽู…ู‘ููˆุง ุจููŠุŒ ูˆูŽู„ูุชูŽุนูŽู„ู‘ูŽู…ููˆุง ุตูŽู„ูŽุงุชููŠยป Saya pernah melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengimami di atas mimbar. Beliau takbiratul ihram dan jamaah pun ikut takbir di belakang beliau, sementara beliau di atas mimbar. Kemudian, ketika beliau iโ€™tidal, beliau mundur ke belakang untuk turun, sehingga beliau sujud di tanah. Lalu beliau kembali lagi ke atas mimbar, hingga beliau menyelesaikan shalatnya. Kemudian beliau menghadap kepada para sahabat, dan bersabda, โ€Wahai para sahabat, aku lakukan ini agar kalian bisa mengikutiku dan mempelajari shalatku.โ€ HR. Bukhari 377, Muslim 544, Nasai 739, dan yang lainnya. Karena beliau mengimami shalat di atas mimbar, posisi beliau lebih tinggi daripada makmum. Para ulama menjelaskan bahwa hadis ini menunjukkan, imam boleh berada di posisi lebih tinggi dari pada makmum, jika ada kebutuhan. Misalnya, agar bisa dilihat makmum atau agar suaranya lebih didengar oleh makmum. Ibnu Qudamah mengutip keterangan Imam as-Syafii, ูˆู‚ุงู„ ุงู„ุดุงูุนูŠ ุฃุฎุชุงุฑ ู„ู„ุฅู…ุงู… ุงู„ุฐูŠ ูŠุนู„ู… ู…ู† ุฎู„ูู‡ ุฃู† ูŠุตู„ูŠ ุนู„ู‰ ุงู„ุดูŠุก ุงู„ู…ุฑุชูุนุŒ ููŠุฑุงู‡ ู…ู† ุฎู„ูู‡ุŒ ููŠู‚ุชุฏูˆู† ุจู‡ุ› ู„ู…ุง ุฑูˆู‰ ุณู‡ู„ ุจู† ุณุนุฏ โ€œSaya berpendapat bahwa imam yang hendak mengajari shalat makmum di belakangnya, dia boleh shalat di tempat yang tinggi, agar bisa dilihat oleh orang yang berada di belakangnya, sehingga mereka bisa mengikuti shalatnya imam, berdasarkan hadis yang diriwayatkan Sahl bin Saโ€™d.โ€ al-Mughni, 2/154. Berapa Ketinggian Posisi Imam yang Makruh? Dalam matan Zadul Mustaqniโ€™ โ€“ fikih hambali โ€“ dinyatakan, ูˆูŠูƒุฑู‡ ุฅุฐุง ูƒุงู† ุงู„ุนู„ูˆ ุฐุฑุงุนุง ูุฃูƒุซุฑ Makruh hukumnya, apabila posisi ketinggian imam satu hasta atau lebih. Zadul Mustaqniโ€™, hlm. 20. Allahu aโ€™lam. Dijawab oleh ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 Donasi dapat disalurkan ke rekening BANK SYARIAH INDONESIA 7086882242 YAYASAN YUFID NETWORK Kode BSI 451 Keterangan lebih lengkap Peluang Menjadi Sponsor dan Donatur ๐Ÿ” Pamer Kemesraan Dalam Islam, Siapakah Nyi Roro Kidul Menurut Islam, Cepat Kaya Dengan Sedekah, Cincin Pria Emas Putih, Ciri Ciri Talak, Posisi Jam Tangan Yang Benar KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO CARA SHOLAT, ATAU HUBUNGI +62813 26 3333 28
INFOTERBARU 2014 Rumah Dijual di Yogyakarta, Jual rumah jogja, Jual rumah Yogyakarta, Rumah minimalis Yogyakarta, Rumah dijual di Sleman, Info Rumah Yogyakarta, dijual tanah di yogyakarta. Dekat Masjid Ukuran Rumah 8,5m x 7m (Sudah Termasuk Garasi & Teras) Kamar Tidur 2 Kamar Mandi 1 Ruang Tamu apakah kondisi tanahnya lebih tinggi
Hukum Menghias Masjid Dengan Megah Hukum Menghias Masjid Dengan Megah Fri 14 February 2014 0612 Shalat > Masjid views Pertanyaan Assalamu'alaikum Wr. Wb. Ustadz,Apa hukum membangun masjid yang megah yang dipenuhi dengan ornamen dan hiasan yang mahal-mahal, bahkan ada sebagian ada yang hiasannya terbuat dari syariat Islam memandang masalah bermegahan dalam menghias masjid? Demikian, jazakallah atas penjelasannya Jawaban Ust. Ahmad Sarwat, Lc., MA Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ada dua istilah yang terkait dengan renovasi masjid yang seringkali dipahami orang secara terbolak-balik. Kedua istilah itu adalah tasy-yid al-masjid dan tazyin al-masjid. Keduanya berbeda, baik dari segi pengertian dan juga dari segi hukumnya. A. Tasy-yid Al-Masjid 1. Pengertian Kita mengenal istilah tasy-yid al-masjid ุชุดูŠูŠุฏ ุงู„ู…ุณุฌุฏ, yang merupakan istilah dalam bahasa Arab, berasal dari kata dasar syayyada yusyayyidu tasy-yidan ุดูŠู‘ุฏ - ูŠุดูŠู‘ุฏ - ุชุดู’ูŠูŠุฏุง. Pengertian istilah ini dalam bahasa Indonesia adalah membangun ulang, merenovasi atau merekonstruksi ulang. Sehingga istilah tasy-yid al-masjid bisa kita artikan sebagai upaya untuk memperbaiki, merekosntruksi, atau merenovasi sebuah majis. Merenovasi masjid bisa saja kecil-kecilan, tanpa mengubah apapun, baik bentuk maupun struktur bangunan, kecuali hanya memastikan semua kelengkapan masjid berfungsi dengan baik. Tetapi merenovasi masjid juga tetapi bisa bisa bermakna lebih luas yaitu renovasi total. Renovasi total bisa saja melakukan perubahan struktur bangunan, penambahan luas, dan juga termasuk dalam arti merobohkan bangunan lama dan membangun kembali dari awal. Semua termasuk dalam kategori tasy-yid al-masjid. 2. Hukum Seluruh ulama sepakat membolehkan tindakan merenovasi masjid, karena renovasi masjid termasuk ke dalam bagian memakmurkan masjid. Dan memakmurkan masjid adalah salah satu perintah Allah SWT yang telah ditetapkan pensyariatannya di dalam Al-Quran Al-Kariem ุฅูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ูŠูŽุนู’ู…ูุฑู ู…ูŽุณูŽุงุฌูุฏูŽ ุงู„ู„ู‘ู‡ู ู…ูŽู†ู’ ุขู…ูŽู†ูŽ ุจูุงู„ู„ู‘ู‡ู ูˆูŽุงู„ู’ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ุขุฎูุฑู ูˆูŽุฃูŽู‚ูŽุงู…ูŽ ุงู„ุตู‘ูŽู„ุงูŽุฉูŽ ูˆูŽุขุชูŽู‰ ุงู„ุฒู‘ูŽูƒูŽุงุฉูŽ ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฎู’ุดูŽ ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ู‡ูŽ ููŽุนูŽุณูŽู‰ ุฃููˆู’ู„ูŽู€ุฆููƒูŽ ุฃูŽู† ูŠูŽูƒููˆู†ููˆุงู’ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูู‡ู’ุชูŽุฏููŠู†ูŽ Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut kepada siapapun selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. QS. At-Taubah 18 Selain ayat di ayat, dasar masyruโ€™iyah renovasi masjid juga berlandaskan apa yang dilakukan oleh Umar bin Al-Khattab dan Utsman bin Al-Affan radhiyallahuanhuma. Meski Rasulullah SAW tidak pernah melakukan renovasi masjid, namun kedua shahabat beliau yang berposisi sebagai amirul-mukminin, dalam masa pemerintahan masing-masing melakukan renovasi. Tentu kalau Rasullah SAW tidak merenovasi masjid, karena saat itu belum ada alasan yang kuat dan menjadi pendorong. Sedangkan di masa kedua khalifah, ada kebutuhan untuk memperluas bangunan, terkait dengan semakin membeludaknya jamaah di masjid, atau juga karena kebutuhan lainnya. B. Tazyin Al-Masjid 1. Pengertian Secara bahasa, kata tazyin dalam bahasa Arab adalah bentuk masdar dari kata dasar zayyana yuzayyinu tazyinan ุฒูŠู‘ู† - ูŠู‹ุฒูŠูู‘ู† - ุชุฒู’ูŠููŠู†ุง. Artinya adalah memberi hiasan agar terlihat menjadi indah dipandang mata. Di dalam Al-Quran Al-Karim, Allah SWT berfirman ูŠูŽุง ุจูŽู†ููŠ ุขุฏูŽู…ูŽ ุฎูุฐููˆุงู’ ุฒููŠู†ูŽุชูŽูƒูู…ู’ ุนูู†ุฏูŽ ูƒูู„ู‘ู ู…ูŽุณู’ุฌูุฏู ูˆูƒูู„ููˆุงู’ ูˆูŽุงุดู’ุฑูŽุจููˆุงู’ ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูุณู’ุฑููููˆุงู’ ุฅูู†ู‘ูŽู‡ู ู„ุงูŽ ูŠูุญูุจู‘ู ุงู„ู’ู…ูุณู’ุฑููููŠู†ูŽ Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki mesjid , makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan . Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. QS. Al-Aโ€™raf 31 Kata tazyin ุชูŽุฒู’ูŠููŠู† adalah kosa kata dalam bahasa Arab, yang bermakna ุงุณู’ู…ูŒ ุฌูŽุงู…ูุนูŒ ู„ููƒูู„ ุดูŽูŠู’ุกู ูŠูุชูŽุฒูŽูŠู‘ูŽู†ู ุจูู‡ู Kata yang mencakup segala hal yang terkait dengan sesuatu yang dihias Istilah tazyinul-masjid secara bebas bisa diterjemahkan dengan istilah menghias masjid. Namun sebagian dari para ulama memahami istilah tazyinul-masjid ini bukan sekedar dalam makna membuat masjid yang indah atau sekedar menghiasnya, tetapi sudah sampai kepada titik berlebih-lebihan dalam menghiasnya. 2. Hukum Masalah menghias masjid memang diperselisihkan para ulama di masa lalu. Namun perselisihan mereka berangkat dari kenyataan bahwa hiasan itu sangat mahal, karena terbuat dari ukiran kaligrasi dan aksesorisnya yang terbuat dari emas dan perak. Hiasan seperti itu tentu sangat mahal harganya, bahkan untuk ukuran seorang penguasa sekalipun. Adapun hiasan yang biasa kita lihat di masjid-masjid di sekeliling kita ini, tidak lain hanya terbuat dari cat tembok. Indah memang, tetapi hanya imitasi belaka, bukan emas dan perak seperti di masa lalu. Kalau hanya berupa kaligrafi dengan cat tembok, rasanya tidak ada nash yang secara langsung melarangnya. Sebaliknya, bila hiasan itu sampai menghabiskan dana yang teramat mahal, karena harus menghabiskan emas berton-ton, banyak para ulama di masa lalu yang memakruhkannya, bahkan juga tidak sedikit yang sampai mengharamkannya. Awalnya masalah tazyinul masjid ini tidak pernah terangkat menjadi perbedaan pendapat, karena umumnya masjid di masa Rasulullah SAW dan di masa para shahabat, didirikan dengan amat bersahaja dan sederhana. Hanya sebagiannya yang beratap, itu pun hanya berupa daun kurma. Alasnya bukan marmer, tetapi tanah atau pasir. Tiangnya bukan beton tetapi hanya batang-batang kurma. Dan hal itu terjadi hingga masa Al-Khulafaโ€™ Ar-Rasyidun. Barulah pada masa khilafah Al-Walid bin Abdil Malik, masjid-masijd dihias dengan berlebihan, yaitu dengan ukiran kaligrafi dari emas dan kalau dihitung jumlahnya, bisa mencapai ratusan kilogram bahkan sampai berton emas dan perak. Jadi harganya memang terlalu amat sangat mahal sekali. Realitas ini kemudian disimpulkan oleh sebagian ulama sebagai isyarat tidak bolehnya kita menghias masjid dengan hiasan yang mewah. Bahkan oleh sebagiannya dianggap bidโ€™ah, buang harta dan haram. Namun masalah ini memang sejak awal termasuk masalah khilaf pada fuqaha. Bahkan ke-empat imam mazhab utama pun tidak seragam pendapatnya. C. Naqsy Al-Masjid Selain itu juga ada istilah-istilah khusus yang secara lebih sempit sering digunakan, terkait dengan istilah tazyinul-masjid, misalnya istilah naqsy dan lainnya. 1. Pengertian Naqsy Istilah an-naqsy ุงู„ู†ู‚ุด adalah kosa kata dalam bahasa Arab, yang maknanya membuat gambar, ukiran atau motif yang timbul. Contoh mudah naqsy ini adalah stempel yang biasa digunakan untuk mengesahkan surat. Karet stempel itu diukir sedemikian rupa sehingga tulisan atau gambarnya menjadi timbul. Stempel yang merupakan naqsy ini dimiliki oleh Rasulullah SAW berbentuk cincin namun berfungsi untuk mengesahkan surat resmi yang beliau kirim kepada para penguasa dunia. Cincin beliau SAW itu tidak lain adalah stempel, bertuliskan tiga lafadz suci Muhammad Rasul Allah ู…ุญู…ู‘ุฏ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡, maknanya adalah Muhammad utusan Allah. Karena ketiga lafadz ini tergolong suci, maka setiap kali beliau masuk ke WC, untuk menghormati lafadz yang suci ini, beliau SAW melepas cincin itu terlebih dahulu. Selain stempel Rasulullah SAW, para khalifah pengganti beliau dalam kedudukan sebagai kepala negara pun juga memilikinya. Abu Bakar radhiyallahuanhu memiliki stempel yang bertuliskan niโ€™mal qadiru Allah ู†ุนู… ุงู„ู‚ุงุฏุฑ ุงู„ู„ู‡ yang bermakna Allah sebaik-baik penentu atau penguasa. Amirul Mukminin radhiyallahuanhu juga memiliki stempel kenegaraan. Stempel Umar bertuliskan lafadz kafa bil-mauti waโ€™iza ูƒูู‰ ุจุงู„ู…ูˆุช ูˆุงุนุธุง, yang maknanya cukuplah kematian itu menjadi pengingat. Stempel Amirul Mukminin Utsman bin Al-Affan radhiyallahuanhu bertuliskan lafadz latashbiranna au latandamanna ู„ุชุตุจุฑู†ู‘ ุฃูˆ ู„ุชู†ุฏู…ู†ู‘. Maknanya bersabarlah atau kamu akan rugi. Sedangkan stempel Ali bin Abi Thalib bertuliskan lafadz al-mulku lillah ุงู„ู…ู„ูƒ ู„ู„ู‡ , yang maknanya Kerajaan itu milik Allah. 2. Hukum Naqsy Masjid Para ulama berbeda pendapat tentang kebolehan menghias masjid dengan ukiran yang timbul, atau an-naqsy. a. Jumhur Ulama Makruh Jumhur ulama seperti mazhab Al-Malikiyah, Asy-Syafiโ€™iyah dan Al-Hanabilah sepakat memakruhkan tindakan ini, dengan dasar hukum bahwa an-naqsy ini termasuk kategori bermewah-mewah dalam tingkat yang dianggap sudah berlebihan. Barangkali an-naqsy di masa itu selain sulit dikerjakan, juga terbilang sangat mahal. Karena lazimnya naqsy ini adalah membuat ukiran timbul yang terbuat dari emas atau logam-logam mulia. Sehingga tindakan seperti itu dianggap berlebihan dan buang-buang biaya. Sedangkan landasan nash yang mereka jadikan sebagai dasar untuk memakruhkan adalah hadits berikut ini ู„ุงูŽ ุชูŽู‚ููˆู…ู ุงู„ุณู‘ูŽุงุนูŽุฉู ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ูŠูŽุชูŽุจูŽุงู‡ูŽู‰ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ูููŠ ุงู„ู’ู…ูŽุณูŽุงุฌูุฏู Tidak akan terjadi hari kiamat kecuali bila orang-orang telah bermewah-mewah dalam masjid HR. Abu Daud dan Ibnu Majah b. Al-Hanafiyah Tidak Makruh Sedangkan mazhab Al-Hanafiyah tidak memakruhkan tindakan nasqy pada masjid. Dan termasuk yang berpendapat seperti ini adalah Ibnu Wahab dan Ibnu Nafiโ€™ dari kalangan mazhab Al-Malikiyah, dan sebagian ulama mazhab Asy-Syafiโ€™iyah, apabila nasy itu sedikit saja. 3. Sebab Kemakruhan Makruh yang ditetapkan oleh jumhur ulama ini karena setidaknya ada dua alasan a. Tidak Amanah Penyebab makruhnya naqsy pada masjid adalah karena akan menyebabkan tersia-siakannya amal jariyah umat Islam, dari yang seharusnya untuk membiayai hal-hal yang lebih produktif dan menempati skala prioritas utama, menjadi sekedar untuk hal-hal yang kurang produktif dan bukan prioritas. Sehingga akan berdampak pada kurang berlipatnya pahala orang yang menafkankan hartanya buat masjid tersebut. Jadi intinya menurut jumhur ulama, bahwa harta yang telah orang-orang berikan untuk masjid, baik infaq biasa atau wakaf, tidak layak untuk sekedar dibelanjakan buat berbagai hiasan yang megah dan mahal-mahal. Tetapi seharusnya untuk kepentingan yang memang nyata dibutuhkan dalam operasional masjid, yang langsung dirasakan manfaatnya oleh umat Islam. Namun jumhur ulama tidak memakruhkan apabila dana yang digunakan untuk itu adalah dana pribadi langsung. Misalnya seseorang memang sengaja membangun masjid dengan dana pribadi, bukan dengan dana yang dikumpulkan dari orang lain atau dari masyarakat, maka bila dia berkeinginan membangunnya dengan megah, penuh dengan ukiran dan hiasan-hiasan yang mahal, hukumnya tidak menjadi makruh. Dan mestinya, bila orang yang mewakafkan hartanya memang tahu persis bahwa dana yang diberikannya untuk masjid itu bertujuan sekedar untuk membuat naqsy yang tidak terlalu produktif, dan dia rela serta tidak merasa dirugikan, tentu tidak menjadi masalah juga. b. Menggangu Konsentrasi Kedua, makruhnya naqsy disini karena faktor takut akan memecah konsentrasi jamaah yang sedang shalat. Dikhawatirkan mereka akan sibuk memandangi dan mengagumi ukiran dan hiasan yang mewah itu, sehingga boleh jadi malah tidak bisa fokus dalam mengerjakan shalat. Oleh karena itu, jumhur ulama membedakan antara naqsy yang dibuat di arah kiblat dengan yang bukan di arah kiblat. Kemaruhannya hanyalah apabila naqsy ini dibuat di arah kiblat jamaah shalat, seperti di mihrab imam, atau diarah dinding depan dari jamaah shalat. Sebab meski disunnahkan dalam shalat harus menundukkan pandangan, namun tetap saja besar kemungkinan orang-orang yang sedang shalat akan teralihkan perhatiannya ke arah depan wajah mereka. Sebaliknya, bila naqsy itu dibuat bukan di arah kiblat, atau dalam kata lain, tidak sampai mengalilhkan konsentrasi orang yang sedang shalat, maka tidak ada kemakruhan di dalamnya. c. Menyalahi Sunnah Nabi Pendapat yang memakruhkan naqsy ini juga punya dalil yang lain, yaitu menghias masjid dengan gemerlap tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para shahabat beliau. Masjid di masa mereka sama sekali sepi dari berbagai macam perhiasan yang mahal dan merusak konsentrasi jamaah. Namun tidak mengurangi nilai kemuliaan dan keutamaan masjid-masjid itu sampai sekarang ini. Maka kalau di masa sekarang ada keinginan agar masjid itu menjadi mulia dan punya kedudukan yang tinggi, bukan dengan jalan membuat perhiasan yang mewah, melainkan dengan cara menjadikan masjid itu sebagai pusat aktifitas dan kegiatan masyarakat. Jadi bukan bangunannya yang diurus, tetapi bagaimana mengurus sumber daya manusianya. Hal itu sejalan dengan firman Allah SWT ูููŠู‡ู ุฑูุฌูŽุงู„ูŒ ูŠูุญูุจู‘ููˆู†ูŽ ุฃูŽู† ูŠูŽุชูŽุทูŽู‡ู‘ูŽุฑููˆุงู’ ูˆูŽุงู„ู„ู‘ู‡ู ูŠูุญูุจู‘ู ุงู„ู’ู…ูุทู‘ูŽู‡ู‘ูุฑููŠู†ูŽ Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. QS. At-Taubah 108 Dan juga sejalan dengan sabda Rasulullah SAW, yang lebih mengutamakan penyebutan orang yang hati nya bergelantungan atau terpaut selalu dengan masjid. Dalam hal ini Beliau SAW sama sekali tidak menyebut-nyebut tentang arti dan nilai kemegahan suatu masjid dari sudut pandang keindahan bangunan dan aneka ragam hiasannya. Tetapi yang beliau sebut adalah sumber daya manusianya, yang dikatakan terpaut dengan masjid. Rasulullah SAW bersabda ุณูŽุจู’ุนูŽุฉูŒ ูŠูŽุธูู„ู‘ูู‡ูู…ู ุงู„ู„ู‡ู ูููŠ ุธูู„ูู‘ู‡ู ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ู„ุงูŽ ุธูู„ู‘ูŽ ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุธูู„ู‘ูู‡ ุฅูู…ูŽุงู…ูŒ ุนูŽุงุฏูู„ูŒ ูˆูŽุดูŽุงุจูŒ ู†ูŽุดูŽุฃูŽ ููŠู ุทูŽุงุนูŽุฉู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุฑูŽุฌูู„ูŒ ู‚ูŽู„ู’ุจูู‡ู ู…ูุนูŽู„ู‘ูŽู‚ูŒ ุจูุงู„ู…ูŽุณูŽุงุฌูุฏู ... Ada tujuh golongan yang Allah akan menaungi mereka pada hari yang tiada naungan melainkan naungan-Nya, yaitu pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dengan beribadat kepada Allah dan laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid. HR. Bukhari dan Muslim Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ahmad Sarwat, Lc., MABaca Lainnya Dosa Riba Setara Berzina Dengan Ibu Kandung Sendiri? 13 February 2014, 0032 Muamalat > Riba viewsBeda Pajak dengan Zakat 12 February 2014, 0406 Zakat > Pengertian Zakat dan Batasannya viewsAdakah Ahli Waris Pengganti? 11 February 2014, 0601 Mawaris > Ahli waris viewsOrang Tua Non-Muslim, Apakah Wajib Menafkahi Mereka? 10 February 2014, 0612 Umum > Hukum viewsImam Terlalu Lama, Bolehkah Mufaraqah? 9 February 2014, 0502 Shalat > Makmum viewsWajibkah Seorang Anak Memberi Nafkah Kepada Orang Tuanya? 8 February 2014, 1300 Pernikahan > Hak dan kewajiban viewsApa Yang Disebut Satu Kali Susuan? 7 February 2014, 1017 Pernikahan > Mahram viewsTayammum Sampai Siku Atau Pergelangan Tangan? 6 February 2014, 0630 Thaharah > Tayammum viewsBolehkah Kita Sepakat Tidak Pakai Hukum Waris? 4 February 2014, 0603 Mawaris > Masalah terkait waris viewsHaruskah Tayammum Lagi Tiap Mau Shalat? 3 February 2014, 0601 Thaharah > Tayammum viewsHukum-hukum Terkait Najis 2 February 2014, 1350 Thaharah > Najis viewsWasiat Orang Tua Bertentangan Dengan Hukum Waris 1 February 2014, 0520 Mawaris > Masalah terkait waris viewsHaruskah Berwudhu Dengan Air Dua Qulah? 31 January 2014, 1200 Thaharah > Air viewsTahun Baru Imlek dan Angpau 30 January 2014, 0626 Kontemporer > Fenomena sosial viewsBolehkah Menjama' Shalat Karena Sakit? 29 January 2014, 0630 Shalat > Shalat Jama viewsBolehkah Foto Paspor Tanpa Jilbab? 28 January 2014, 0616 Wanita > Pakaian viewsHukum Mengenakan Cadar, Wajibkah? 27 January 2014, 0500 Wanita > Pakaian viewsMasih Berhakkah Anak Murtad atas Warisan Ayahnya yang Muslim? 26 January 2014, 0635 Mawaris > Masalah terkait waris viewsJual Beli Dua Harga Haram, Bagaimana dengan Kredit? 25 January 2014, 0610 Muamalat > Jual-beli viewsAnak Meninggal Lebih Dulu Dari Ayah, Apakah Anak itu Dapat Warisan? 24 January 2014, 1200 Mawaris > Hak waris viewsTOTAL tanya-jawab 49,908,171 views
Rumahyang telah dihibah tidak menjadi harta pusaka. Rumah yang telah sempurna Facebook. Email or phone: Password: Forgot account? Sign Up. See more of AIA Public Takaful - Desaru, Kota Tinggi, Pasir Gudang - Izzat Syafiq on Facebook. Log In. or. Create new account. See more of AIA Public Takaful - Desaru, Kota Tinggi, Pasir Gudang - Izzat
TRIBUNPEKANBARUCOM, PEKANBARU - Kantor hukum EJAA dan rekan mengundurkan diri sebagai kuasa hukum PSPS Riau. Pengunduran diri ini dikarenakan sudah tak sejalan lagi. "Benar. Kita sudah
.
  • o6hpc57222.pages.dev/438
  • o6hpc57222.pages.dev/44
  • o6hpc57222.pages.dev/874
  • o6hpc57222.pages.dev/86
  • o6hpc57222.pages.dev/26
  • o6hpc57222.pages.dev/762
  • o6hpc57222.pages.dev/543
  • o6hpc57222.pages.dev/32
  • o6hpc57222.pages.dev/71
  • o6hpc57222.pages.dev/24
  • o6hpc57222.pages.dev/157
  • o6hpc57222.pages.dev/406
  • o6hpc57222.pages.dev/497
  • o6hpc57222.pages.dev/451
  • o6hpc57222.pages.dev/443
  • hukum rumah lebih tinggi dari masjid